Rabu, 25 April 2012

Pembuatan Sabun Mandi



 

Laporan Praktikum
Proses Industri Kimia I
PROSES PEMBUATAN
SABUN MANDI

Oleh :
Kelompok VI B
1. Ricko Okta Furgani (1012049)
2. Mega Alfitri (1012034)
3. Reftaizen Ade Putre (1012048)
4. Rapi Melki Mukti (1012045)


AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
2011/1012 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
         Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer yang berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit disebut reaksi Saponifikasi.
         Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.
         Sabun yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno ini berfungsi sebagai alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang, mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun mandi. Oleh karena itu, banyak sabun yang beredar di pasaran sekarang ditambahkan dengan berbagai bahan-bahan aditif yang berfungsi untuk menambah nilai guna sabun itu sendiri.

1.2   Tujuan Praktikum
         Adapun tujuan praktikum yang dilakukan, antara lain:
1.      Untuk mempelajari proses pembuatan sabun,
2.      Mempelajari pengaruh temperatur terhadap waktu penyabunan.
3.      Untun emngetahui bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sabun.

1.3  Manfaat Praktikum
         Adapun manfaat praktikum yang dilakukan, antara lain:
1.      Dengan adanya praktikum ini mahasiswa mampu melakukan proses pembuatan sabun.
2.      Mahasiswa mengetahui hal-hal yang dibutuhkan pada pembuatan sabun.
3.      Mahasiswa mengetahui kondisi dan bahan yang tepat untuk membuat sabun.

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1    Sabun
2.1.1 Sejarah Sabun
         Produk sabun sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi secara berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat pembasah (wetting agent).
2.1.2 Pengertian Sabun
         Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.
         Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi Saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi Saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.



 
 


Gambar 2.1 Struktur Asam Laurat
         Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
         Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.

2.1.3 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun

1. Minyak dan Lemak
          Minyak dan lemak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol. Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan-alasan diatas, faktor ekonomis dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.
          Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.

2. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.

2.1.4 Bahan-Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.

1.    NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.

2. Bahan aditif.
 Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.

a.        Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
b.       Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.

c.       Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.

d.      Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.

2.2  Minyak
         Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia tertentu.
         a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).
         b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).
         c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).
         d. Sterol-sterol dan steroida.
         e. Karotenoida.
         f. Kelompok lipida lain.

Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram.
Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida seluruhnya.
Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.
Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.



 
 








Gambar 2.2 Reaksi kimia asam lemak dengan gliserol

         Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak.

Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:
  1. Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.
  1. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.




 
 







Gambar 2.3 Reaksi Hidrolisa pada Trigliserida
  1. Penyabunan
            Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
  1. Enzimatis
            Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak sehingga menghasilkan keton.




 
 






Gambar 2.4 Reaksi Enzimatis
  1. Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak “Oxidative rancidity”.
  1. Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.

Sifat fisika lemak dan minyak :
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil),  sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut lemak
8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak atau lemak
9.  Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari minyak/lemak.
10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
         Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:
  1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat atau protein.
  2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.

         Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan berikut:
  1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau pertanian.
  2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.
  3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak tertentu.
         Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak larut air tatapi dalam pelarut organik.
         Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar (crude fat).
 Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan
  1. Bahan Kering
Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet. Sedangkan secara berkesinambungan dengan alat goldfish.
  1. Bahan Cair
Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau dengan Mojoinner.
Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifat-sifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan angka penyabunan dan penentuan angka asam.
         Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil.
         Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.
         Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.

Jenis-jenis Minyak atau Lemak
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
a.  Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.

b.      Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.

c.    Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.

d.   Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.

e.       Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit)
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.

f.     Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.

g.      Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine Oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.

h.      Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun transparan.

i.        Olive oil (minyak zaitun).
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.

j.      Campuran minyak dan lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan memperkeras struktur sabun.

2.3   Saponifikasi
         Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi Saponifikasi tripalmitin / trigliserida.



 
 









Gambar 2.5 Reaksi Saponifikasi tripalmitin


 
         Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.




Gambar 2.6 Reaksi Saponifikasi Asam lemak

         Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut:
a.       Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan lain-lain.
b.      Zat pewarna
c.       Parfum, agar baunya wangi.
d.      Zat pemutih, misal natrium sulfat


BAB III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN
3.1   Alat dan Bahan
3.1.1Alat
         Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun, yaitu:
1.      Reaktor serba guna,
2.      Batang pengaduk,
3.      Cetakan sabun,
4.      Gelas ukur 100 ml,
5.      Blender,
6.      Termometer,
7.      Neraca Analitik, dan
8.      Neraca Kasar

3.1.2 Bahan
         Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan sabun mandi yaitu:
1.      Minyak kelapa murni (arrow),
2.      NaOH/KOH,
3.      Akuades / air (H2O),
4.      Tepung kanji,
5.      Gliserin,
6.      Garam halus,
7.      Pewarna makanan, dan
8.      Pewangi.

3.2   Prosedur Percobaan
1.    Air diukur dan dituangkan kedalam reaktor, kemudian NaOH/KOH ditimbag dan dilarutkan kedalam air tadi sambil diaduk hingga larut.
2.    Minyak ditimbang kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit keadalam reakto sambil diaduk-aduk.
3.    Waktu pengamatan dicatat saat raksi telah selesai, yang ditandakan dengan tidak terjadi perubahan lagi yang berarti.
4.    Garam dan gliserin dimasukkan kedalam reaktor dan diaduk hingga homogen.
5.     Tepung kanji yang sudah dilarutkan dalam air dimasukkan kedalam reaktor sambil diaduk.
6.    Terakhir minyak pewangi dan pewarna dimasukkan kedalam reaktor sambil diaduk hingga merata.
7.    Adonan dituangkan kedalam cetakan. Sabun disimpan selama 2 hari baru kemudian dikeluarkan dari cetakan. Setelah 3 minggu maka sabun siap digunakan.
8.    Dihitung rendemen sabun yang dihasilkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
         Proses pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali NaOH menghasilkan produk sabun dengan tekstur yang agak kasar dan keras. Berbeda dengan penggunaan  alkali NaOH, pada pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali KOH, menghasilkan produk sabun yang agak lunak atau lebih encer.
         Setelah dilakukan proses pembuatan sabun, hasil percobaan yang diperoleh yaitu terbentuk campuran yang awalnya berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol. Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan), karena kandungan gliserol dapat membantu sabun dalam mengangkat benda asing yang akan dibersihkan. Tetapi setelah diberi pewarna maka warna sabun berubah menjadi warna pewarna tersebut.

4.2   Pembahasan
         Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak, khusunya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
          Dari praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang perlu dibahas antara lain:
1. Metoda Metoda Pembuatan Sabun
          Pada proses pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode-metode tertentu, yang mana metode-metode ini memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

a.    Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara didalamnya).

b.    Metoda Kontiniu
          Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.

2. pengaruh jenis dan konsentrasi basa alkali yang digunakan:
a.       Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali KOH murni, didapatkan hasil sabun yang lumayan bagus. Ini terlihat pada produk sabun yang dihasilkan sudah tidak terlalu lunak lagi dan kandungan airnya juga tidak terlalu banyak.
b.      Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali KOH 30%, didapatkan hasil yang terlalu encer. Ini terlihat pada produk sabun yang dihasilkan masih sangat lunak dan terlalu banyak mengandung air meskipun telah didiamkan selama 7 hari.
c.       Pembuatan sabun dengan mengunakan basa alkali NaOH 30%, didapatkan produk sabun yang terlalu keras dan terdapat kristal-kristal NaOH yang belum hancur dan larut pada saat proses penyabunan.
d.      Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali NaOH murni, didapatkan produk sabun keras yang maksimal. Ini terlihat dari kekerasan sabun yang dihasilkan sudah cukup bagus dan sudah tidak terdapat lagi kristal-kristal NaOH.

3. pengaruh kondisi operasi (suhu dan perlakuan):
a.       Kondisi operasi pada temperatur ruangan dan menggunakan blender pada praktikum ini menunjukkan hasil yang yang optimal. Hal ini dikarenakan kecepatan pengadukan dengan menggunakan blender akan mempercepat reaksi dan menyempurnakan pencampuran, meskipun suhu yang paling bagus untuk pembuatan sabun adalah 70-100°C untuk menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
b.       Kondisi operasi pada tempertur 60°C dan menggunakan waterbatch menunjukkan hasil yang kurang optimal, meskipun temperatur operasinya sudah cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat pemanasan dan pencampuran di waterbatch, pengadukan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan batang pengaduk, sehingga hasil pencampuran menjadi kurang merata.

BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain:
1.    Bahan baku utama untuk pembuatan sabun yaitu minyak/lemak dan basa alkali (NaOH/KOH),
2.    Selain bahan baku utama sabun (minyak/lemak dan alkali), pada pembuatan sabun juga ditambahkan bahan-bahan pendukung seperti NaCl dan bahan aditif(pewarna, bahan penguat, bahan pengisi, parfum) agar sabun lebih ekonomis dan menarik.
3.    Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali NaOH menghasilkan produk sabun dengan tekstur yang agak kasar dan keras. Akan tetapi, jika menggunakan basa alkali KOH , sabun yang dihasilkan lebih lunak dan agak encer.
4.    Semakin cepat pengadukan yang dilakukan pada saat pembuatan sabun, maka hasilnya juga akan semakin optimal karena proses pencampuran semakin sempurna dan berlangsung lebih cepat.
5.    Semakin tinggi suhu pemanasan sampai batas suhu optimal pada waktu penyabunan, maka hasilnya juga akan semakin baik karena reaksi akan berlangsung lebih cepat. Suhu optimal pada waktu penyabunan yaitu 70-100°C karena pada suhu inilah gliserol dan sabun mentah terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Harmiwati.2011.Penuntun Industri Kimia I.ATIP:Padang.

http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/. Diakses pada tanggal 03 Desember 2011

http://www.klipingku.com/2009/03/cara-membuat-sabun-mandi/. Diakses pada tanggal 03 Desember 2011

http://chem-is-try.org//sabun-detergen/. Diakses pada tanggal 03 desember 2011

www.wikipedia.org/wiki/sabun. diakses pada tanggal 03 desember 2011

www.majarimagazine.com/sabun/. Diakses pada tanggal 03 Desember 2011

http://alfiannoer.wordpress.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2011.

http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2011.

http://madja.wordpress.com/2007/12/20/prinsip-proses-produksi-sabun/. Diakses tanggal 21 Desember 2011

http://www.putraindonesiamalang.or.id/sabun-cair-2/. Diakses pada tanggal 21 Desember 2011

3 komentar:

  1. gak jelas laporan pratikum mu dek, kalo awak dosennya ku beri nilai D

    BalasHapus
  2. No Deposit Bonus Codes 2021 - CasinoTopTos
    Check 스포츠 사이트 out the best no 로투스 바카라 중계 deposit bonus offers in the 유흥 싸이트 online gambling industry. Our recommendations 벳 익스 for the top No Deposit casinos 2021. 우리계열

    BalasHapus
  3. Casinos near Istana and Mysore, NY
    Find the best 화성 출장안마 Casinos 여수 출장마사지 near 제주도 출장안마 Istana and Mysore. Hotels near Istana and Mysore 안동 출장마사지 in 고양 출장마사지 Best Casinos near Istana, NY.

    BalasHapus