|
Laporan Praktikum
Proses Industri Kimia I
PROSES PEMBUATAN
SABUN MANDI
Oleh :
Kelompok VI B
1. Ricko Okta Furgani (1012049)
2. Mega Alfitri (1012034)
3. Reftaizen Ade Putre (1012048)
4. Rapi Melki Mukti (1012045)
AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
2011/1012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sabun
merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer yang berfungsi
sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Reaksi yang
terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit disebut reaksi Saponifikasi.
Saponifikasi dilakukan dengan
mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya
menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na
(sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan
dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan
air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana
publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara
berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu
mencuci.
Sabun
yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno ini berfungsi sebagai alat
pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa
kurang, mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari
sabun mandi. Oleh karena itu, banyak sabun yang beredar di pasaran sekarang
ditambahkan dengan berbagai bahan-bahan aditif yang berfungsi untuk menambah
nilai guna sabun itu sendiri.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum yang dilakukan, antara lain:
1.
Untuk
mempelajari proses pembuatan sabun,
2.
Mempelajari
pengaruh temperatur terhadap waktu penyabunan.
3.
Untun
emngetahui bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sabun.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun
manfaat praktikum yang dilakukan, antara lain:
1. Dengan adanya praktikum ini mahasiswa mampu
melakukan proses pembuatan sabun.
2. Mahasiswa mengetahui hal-hal yang dibutuhkan pada
pembuatan sabun.
3. Mahasiswa mengetahui kondisi dan bahan yang tepat
untuk membuat sabun.
BAB
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Sabun
2.1.1 Sejarah
Sabun
Produk sabun sebenarnya tidak pernah
ditemukan, tetapi secara berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran
alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800,
sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan
sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan
mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun
sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan
mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek
yang merupakan zat pembasah (wetting agent).
2.1.2 Pengertian Sabun
Sabun adalah salah satu karbon yang
sangat komersial baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun
persaingan harga produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun
merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan.
Sabun
merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi Saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis
asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi Saponifikasi ialah gliserol. Selain C12
dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.
|
Gambar 2.1
Struktur Asam Laurat
Prinsip
utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air.
Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk
mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak
goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh
yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam
palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak
jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan
asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau
asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6).
Seperti yang kita ketahui, air adalah
substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut
sebagai pelarut universal
karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air
ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya
tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul
air.
2.1.3 Bahan Baku
Utama Pembuatan Sabun
1.
Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak
dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat)
pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida
diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol. Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi
dari komponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam lemak yang
sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat kejenuhan.
Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai
yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan
sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan-alasan diatas, faktor
ekonomis dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun
terbatas.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya
lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap,
sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada
temperatur tinggi.
2. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses
saponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH,
dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam
industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan
sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya
yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi
tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol.
Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun
yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu
menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa
menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan
sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan
tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
2.1.4 Bahan-Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses
penyempurnaan sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan
gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan
tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
1.
NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan
sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang
terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami
pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh
sabun yang berkualitas.
2.
Bahan aditif.
Bahan aditif merupakan
bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi
kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut
antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
a.
Builders (Bahan Penguat)
Builders digunakan untuk melunakkan air sadah dengan
cara mengikat mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain
yang berfungsi untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat
berkonsentrasi pada fungsi utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi
keasaman yang tepat agar proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta
membantu mendispersikan dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang
sering digunakan sebagai builder adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium
sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
b.
Fillers Inert (Bahan Pengisi)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh
campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau
memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku sabun semata
mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi sabun
digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan
pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini
berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
c.
Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun.
Ini ditujukan agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba
sabun ataupun membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna
sabun itu terdiri dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
d.
Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum
memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun.
Artinya, walaupun secara kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila
salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk
sabun berbentuk cairan berwarna kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam
perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter.
Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada dasarnya, jenis parfum untuk sabun
dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum ekslusif. Parfum
umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat seperti aroma mawar dan
aroma kenanga. Pada umumnya, produsen sabun menggunakan jenis parfum yang
ekslusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada
produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi
dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum. Beberapa nama parfum
yang digunakan dalam pembuatan sabun diantaranya bouquct deep water, alpine,
dan spring flower.
2.2 Minyak
Lemak
dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform)
atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.
Kelompok lipida
dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia
tertentu.
a. Kelompok Trigliserida (
lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).
b. Kelomok turunan asam lemak
( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).
c. Fosfolipida dan
serebrosida ( termasuk glikolipida ).
d. Sterol-sterol dan
steroida.
e. Karotenoida.
f.
Kelompok lipida lain.
Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan
hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya
tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa
kilogram.
Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan
dan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam
tubuh manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan
lipida seluruhnya.
Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya
dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan
tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.
Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat
larut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian
terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
|
Gambar 2.2 Reaksi
kimia asam lemak dengan gliserol
Secara umum lemak diartikan
sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat.
Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair.
Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan
lemak.
Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:
- Esterifikasi
Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari
trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui
reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan
pada prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft.
- Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam
lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air,
panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan
kerusakan lemak dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor
dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat
sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
|
Gambar 2.3 Reaksi Hidrolisa pada Trigliserida
- Penyabunan
Reaksi
ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila
penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan
kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
- Enzimatis
Enzim
yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak tersebut
menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang
bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak
berwarna gelap. Enzim peroksida membantu proses oksidasi minyak sehingga
menghasilkan keton.
|
Gambar 2.4 Reaksi Enzimatis
- Oksidasi
Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
kepada minyak atau lemak “Oxidative rancidity”.
- Hidrogenasi
Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari
karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai,
minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan penyaringan. Hasilnya
adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat
kejenuhan.
Sifat fisika lemak
dan minyak :
1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan
oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin
2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya
ditentukan pada temperatur kamar
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada
pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali
minyak jarak (Coaster oil), sedikit
larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide
dan pelarut halogen.
5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan
bertambahnya panjang rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat
secara alami juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai
hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara
mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut lemak
8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan
untuk mengidentifikasikan minyak atau lemak
9. Shot
Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari
minyak/lemak.
10. Slipping point digunakan untuk
pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran
komponen-komponennya.
Senyawa lemak dan minyak
merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari secara lebih dalam dan
relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro nutrien lain.
Kemudahan tersebut diakibatkan oleh:
- molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat atau protein.
- molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan.
Analisis lemak dan minyak
yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan berikut:
- Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau pertanian.
- Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.
- Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak tertentu.
Ekstraksi merupakan salah
satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan. Sebagai senyawa
hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak larut air tatapi dalam pelarut
organik.
Penentuan kadar lemak dengan
pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas,
karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar (crude
fat).
Ada dua cara penentuan kadar lemak
berdasarkan jenis bahan
- Bahan Kering
Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau
berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet. Sedangkan
secara berkesinambungan dengan alat goldfish.
- Bahan Cair
Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau
dengan Mojoinner.
Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan
sifat-sifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah
penentuan angka penyabunan dan penentuan angka asam.
Angka penyabunan dapat
diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu
gram asam lemak atau minyak. Angka penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk
menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam
lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai
angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar
mempunyai angka penyabunan relatif kecil.
Angka asam dinyatakan sebagai
jumlah miligram KOH atau NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.
Angka asam besar menunjukan
asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena
proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah
kualitasnya.
Jenis-jenis Minyak atau
Lemak
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai
dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
a.
Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh
industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow
ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak),
kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan
kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan
kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah
asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow
berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow umumnya di atas 40°C. Tallow
dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama grease.
b. Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung
asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti
stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun
yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah berbusa.
c.
Palm Oil (minyak kelapa sawit)
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti
tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna
karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa
sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan
sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan
bahan lainnya.
d. Coconut Oil (minyak kelapa)
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam
industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh
melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak
kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga
memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
e.
Palm Kernel Oil (minyak inti
kelapa sawit)
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang
mirip dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak
kelapa. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi
dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
f.
Palm Oil Stearine (minyak sawit
stearin)
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan
dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan
heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
g.
Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan
laut. Marine Oil memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi,
sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai
bahan baku.
h.
Castor Oil (minyak jarak)
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk
membuat sabun transparan.
i.
Olive oil (minyak zaitun).
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun
dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari
minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
j.
Campuran minyak dan lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari
campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan
tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki
kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah
larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.
2.3 Saponifikasi
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses
pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya
trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat
(sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian
karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi Saponifikasi tripalmitin / trigliserida.
|
Gambar 2.5 Reaksi Saponifikasi tripalmitin
|
Gambar 2.6 Reaksi Saponifikasi Asam lemak
Selain
dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan bahan-bahan
tambahan sebagai berikut:
a. Cairan pengisi seperti tepung tapioka, gapleh dan
lain-lain.
b. Zat pewarna
c. Parfum, agar baunya wangi.
d. Zat pemutih, misal natrium sulfat
BAB
III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan sabun, yaitu:
1.
Reaktor serba
guna,
2.
Batang
pengaduk,
3.
Cetakan
sabun,
4. Gelas ukur 100 ml,
5. Blender,
6.
Termometer,
7.
Neraca
Analitik, dan
8.
Neraca Kasar
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
pembuatan sabun mandi yaitu:
1.
Minyak kelapa
murni (arrow),
2.
NaOH/KOH,
3. Akuades / air (H2O),
4. Tepung kanji,
5. Gliserin,
6. Garam halus,
7. Pewarna makanan, dan
8. Pewangi.
3.2
Prosedur Percobaan
1. Air diukur dan dituangkan kedalam reaktor,
kemudian NaOH/KOH ditimbag dan dilarutkan kedalam air tadi sambil diaduk hingga
larut.
2. Minyak ditimbang kemudian dimasukkan sedikit demi
sedikit keadalam reakto sambil diaduk-aduk.
3. Waktu pengamatan dicatat saat raksi telah selesai,
yang ditandakan dengan tidak terjadi perubahan lagi yang berarti.
4. Garam dan gliserin dimasukkan kedalam reaktor dan
diaduk hingga homogen.
5. Tepung
kanji yang sudah dilarutkan dalam air dimasukkan kedalam reaktor sambil diaduk.
6. Terakhir minyak pewangi dan pewarna dimasukkan
kedalam reaktor sambil diaduk hingga merata.
7. Adonan dituangkan kedalam cetakan. Sabun disimpan
selama 2 hari baru kemudian dikeluarkan dari cetakan. Setelah 3 minggu maka
sabun siap digunakan.
8. Dihitung rendemen sabun yang dihasilkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Proses pembuatan sabun dengan menggunakan basa
alkali NaOH menghasilkan produk sabun dengan tekstur yang agak kasar dan keras.
Berbeda dengan penggunaan alkali NaOH,
pada pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali KOH, menghasilkan produk
sabun yang agak lunak atau lebih encer.
Setelah
dilakukan proses pembuatan sabun, hasil percobaan yang diperoleh yaitu
terbentuk campuran yang awalnya berwarna coklat tua dan berbusa. Hal ini
berarti telah terjadi perpisahan antara garam alkali (sabun) dengan gliserol.
Pada dasarnya gliserol tetap digunakan dalam campuran sabun (tidak dipisahkan),
karena kandungan gliserol dapat membantu sabun dalam mengangkat benda asing
yang akan dibersihkan. Tetapi setelah diberi pewarna maka warna sabun berubah
menjadi warna pewarna tersebut.
4.2 Pembahasan
Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak,
khusunya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam
karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai
rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi
dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali
(biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam
alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam
lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.
Dari praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa
hal yang perlu dibahas antara lain:
1. Metoda Metoda Pembuatan Sabun
Pada proses
pembuatan sabun ini digunakan metode metode untuk menghasilkan sabun yang
berkualitas dan bagus. Untuk menghasilkan sabun itu digunakanlah metode-metode tertentu, yang mana
metode-metode
ini memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
a.
Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan
alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah
selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang
mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol
diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur
dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan
dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk
mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen
dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut,
yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan,
seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun
obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan
udara didalamnya).
b.
Metoda Kontiniu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau
minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan
katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari
salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk
dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini
kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
2.
pengaruh jenis dan konsentrasi basa alkali yang digunakan:
a. Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali KOH
murni, didapatkan hasil sabun yang lumayan bagus. Ini terlihat pada produk
sabun yang dihasilkan sudah tidak terlalu lunak lagi dan kandungan airnya juga
tidak terlalu banyak.
b. Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali KOH
30%, didapatkan hasil yang terlalu encer. Ini terlihat pada produk sabun yang
dihasilkan masih sangat lunak dan terlalu banyak mengandung air meskipun telah
didiamkan selama 7 hari.
c. Pembuatan sabun dengan mengunakan basa alkali NaOH
30%, didapatkan produk sabun yang terlalu keras dan terdapat kristal-kristal
NaOH yang belum hancur dan larut pada saat proses penyabunan.
d. Pembuatan sabun dengan menggunakan basa alkali
NaOH murni, didapatkan produk sabun keras yang maksimal. Ini terlihat dari
kekerasan sabun yang dihasilkan sudah cukup bagus dan sudah tidak terdapat lagi
kristal-kristal NaOH.
3.
pengaruh kondisi operasi (suhu dan perlakuan):
a. Kondisi operasi pada temperatur ruangan dan
menggunakan blender pada praktikum ini menunjukkan hasil yang yang optimal. Hal
ini dikarenakan kecepatan pengadukan dengan menggunakan blender akan
mempercepat reaksi dan menyempurnakan pencampuran, meskipun suhu yang paling
bagus untuk pembuatan sabun adalah 70-100°C untuk menghasilkan gliserol dan
sabun mentah.
b. Kondisi
operasi pada tempertur 60°C dan menggunakan waterbatch menunjukkan hasil yang
kurang optimal, meskipun temperatur operasinya sudah cukup tinggi. Hal ini
dikarenakan pada saat pemanasan dan pencampuran di waterbatch, pengadukan
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan batang pengaduk, sehingga
hasil pencampuran menjadi kurang merata.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan,
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain:
1.
Bahan baku
utama untuk pembuatan sabun yaitu minyak/lemak dan basa alkali (NaOH/KOH),
2.
Selain bahan baku utama sabun (minyak/lemak dan alkali), pada pembuatan sabun juga
ditambahkan bahan-bahan pendukung
seperti NaCl dan bahan aditif(pewarna, bahan penguat, bahan pengisi, parfum) agar sabun lebih ekonomis
dan menarik.
3.
Pembuatan
sabun dengan menggunakan basa alkali NaOH menghasilkan produk sabun dengan
tekstur yang agak kasar dan keras. Akan tetapi, jika menggunakan basa alkali
KOH , sabun yang dihasilkan lebih lunak dan agak encer.
4.
Semakin cepat
pengadukan yang dilakukan pada saat pembuatan sabun, maka hasilnya juga akan
semakin optimal karena proses pencampuran semakin sempurna dan berlangsung
lebih cepat.
5. Semakin tinggi suhu pemanasan sampai batas suhu
optimal pada waktu penyabunan, maka hasilnya juga akan semakin baik karena
reaksi akan berlangsung lebih cepat. Suhu optimal pada waktu penyabunan yaitu
70-100°C karena pada suhu inilah gliserol dan sabun mentah terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Harmiwati.2011.Penuntun Industri
Kimia I.ATIP:Padang.
http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/. Diakses pada
tanggal 03 Desember 2011
http://www.klipingku.com/2009/03/cara-membuat-sabun-mandi/. Diakses pada
tanggal 03 Desember 2011
http://chem-is-try.org//sabun-detergen/. Diakses pada tanggal 03 desember
2011
www.wikipedia.org/wiki/sabun. diakses pada
tanggal 03 desember 2011
www.majarimagazine.com/sabun/. Diakses pada tanggal 03 Desember
2011
http://alfiannoer.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 21 Desember 2011.
http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 21
Desember 2011.
http://madja.wordpress.com/2007/12/20/prinsip-proses-produksi-sabun/. Diakses tanggal 21 Desember 2011
http://www.putraindonesiamalang.or.id/sabun-cair-2/. Diakses pada tanggal 21 Desember
2011
gak jelas laporan pratikum mu dek, kalo awak dosennya ku beri nilai D
BalasHapusNo Deposit Bonus Codes 2021 - CasinoTopTos
BalasHapusCheck 스포츠 사이트 out the best no 로투스 바카라 중계 deposit bonus offers in the 유흥 싸이트 online gambling industry. Our recommendations 벳 익스 for the top No Deposit casinos 2021. 우리계열
Casinos near Istana and Mysore, NY
BalasHapusFind the best 화성 출장안마 Casinos 여수 출장마사지 near 제주도 출장안마 Istana and Mysore. Hotels near Istana and Mysore 안동 출장마사지 in 고양 출장마사지 Best Casinos near Istana, NY.